Inovasi Sapa Budaya : Ruang Interaksi, Jejaring dan Kolaborasi Pelaku Budaya Dilaunching Walikota Yogyakarta

Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti melaunching inovasi terbaru Sapa Budaya di Harper Hotel Malioboro Jl Mangkubumi Yogyakarta, Selasa (9/11).

Dalam sambutannya Walikota Haryadi Suyuti mengatakan Sapa Budaya menjadi ekosistem yang utuh dan menyeluruh dalam masyarakat, mengakomodasi semua kelompok, mencakup pemerintah dan pelaku seni budaya di kota Yogyakarta. 

Melalui Sapa Budaya, para pelaku seni budaya akan tertantang untuk meningkatkan kinerja yg lebih berkualitas meski di masa pandemi. Hal ini dikarenakan kegiatan ini dikemas dalam sistem daring, sehingga juga akan mudah memberi manfaat ekonomi. 

Harapan saya Sapa Budaya akan memberikan inspirasi dan diterima oleh semua masyarakat.

Sapa Budaya berupa forum interaksi berbagai stakeholders di bidang kebudayaan. Sebagai sebuah “ekosistem budaya”, “Sapa Budaya” akan mempertemukan pelaku seni budaya, lembaga budaya, instansi pemerintah (Dinas Kebudayaan), dunia usaha dan industri serta masyarakat

Kepala Dinas Kebudayaan (Khunda Kabudayan) Kota Yogyakarta Yetti Martanti, S.Sos, MM, menjelaskan bahwa Sapa Budaya merupakan sebuah inovasi yang menjadi ruang interaksi, jejaring, dan kolaborasi bagi para pelaku seni budaya serta masyarakat dalam rangka keberlanjutan ekosistem kebudayaan.

“Sapa Budaya yang menggunakan instrument berupa sebuah aplikasi berbasis web ini memuat dua hal penting dalam rangka membangun ekosistem kebudayaan. Pertama, meningkatkan peran aktif masyarakat untuk melestarikan dan mengembangkan budaya. Kedua memberikan ruang bagi pelaku seni budaya untuk berinteraksi baik dengan sesama pelaku seni budaya maupun masyarakat,” jelas Yetti di sela acara.

Sapa Budaya mengemban peran untuk mewujudkan pelestarian dan pengembangan budaya melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai penguatan dalam membangun ekosistem kebudayaan

Sapa Budaya secara etimologis memiliki arti suatu aktivitas yang saling bertegur sapa satu dengan yang lain dalam koridor kebudayaan. Secara harfiah ruang interaksi disediakan bagi pelaku seni budaya untuk saling menjalin komunikasi dan bertukar pikiran/ide kreatif. Jejaring dalam Sapa Budaya dimaksudkan terbentuknya forum komunikasi informasi pelaku seni budaya. Sedangkan, kolaborasi adalah bentuk kerjasama antara semua pemangku kepentingan (stakeholders) pendukung ekosistem kebudayaan yang ada di Kota Yogyakarta.

Logo Sapa Budaya diambil dari simbol-simbol tipografi yaitu S dan B dilengkapi unsur lain yaitu ujung sebuah daun atau pohon yang melambangkan sebuah pertumbuhan. Warna hijau pada Logo adalah warna sekunder yaitu gabungan warna kuning dan biru sehingga muncul warna hijau yang merupakan komplemen dari warna magenta. Warna hijau memiliki makna dapat memberikan penyegaran sesuatu yang baru. Makna filosofis dari logo Sapa Budaya diharapkan memberi nafas segar dalam wujud ruang baru bagi para pelaku seni budaya untuk berkreasi.