Membangun Komunitas Berbasis Narasi Sejarah Lokal Bersama RKB dan KB di Kota Yogyakarta
Pemerintah Kabupaten Kota Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta menggelar Focus Group Discussion sebagai upaya pembinaan dan pengembangan sejarah di Kota Yogyakarta. Kegiatan FGD dilaksanakan pada Rabu (8/12) mengangkat tema “Membangun Komunitas Berbasis Narasi Sejarah Lokal” bertempat di Hotel Grand Zuri, Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Rintisan Kelurahan Budaya dan Kelurahan Budaya yang ada di Kota Yogyakarta.
Beberapa aspek dibahas dalam forum ini diantarnya tentang“Narasi Sejarah Lokal dan Potensi Sejarah Lokal di Kota Yogyakarta” disampaikan oleh Baha’uddin, S.S, M.Hum, “Memanfaatkan Potensi Narasi Sejarah Lokal untuk Kepentingan RKB” disampaikan oleh Rony Sodewo, dan “Yogyakarta Menghadapi Dinamika Zaman” disampaikan oleh Achmad Charis Zubaair, M.A. Oleh karena itu dalam kegiatan ini menghadirkan narasumber dari akademisi, praktisi, dan budayawan.
Dalam sambutan FGD Sejarah hari ini (08/12), Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta Yetti Martanti, S.Sos., M.M menyampaikan bahwa Kota Yogyakarta menyimpan banyak potensi sejarah lokal yang perlu diliterasikan menjadi sebuah narasi sejarah. Keberadaan narasi sejarah ini selain untuk mengenal potensi sejarah di masing-masing wilayah juga dapat menggambarkan keunikan karakter sejarah di setiap wilayah Rintisan Kelurahan Budaya dan Kelurahan Budaya. Oleh karena itu, diharapkan melalui FGD Sejarah ini setiap Rintisan Kelurahan Budaya dan Kelurahan Budaya dapat memperkuat dan memerkaya narasi sejarah yang menonjolkan keunikan wilayahnya.
Baha’uddin, S.S, M.Hum sebagai narasumber menyampaikan setiap jengkal tanah di Yogyakarta mengandung sejarah. Bahkan kampung-kampung di Yogyakarta memiliki kisah sejarah dibalik penamaannya yang disebut dengan toponim. Hal itulah yang menjadi salah satu potensi serta keistimewaan Yogyakarta yang perlu dikenalkan oleh masyarakat luas lewat sebuah narasi sejarah lokal sehingga akan terwujud historical belong. Karena keistimewaan Yogyakarta bukan hanya milik birokrat tapi juga milik rakyat.
Rony Sodewo selaku penggiat sejarah menambahkan sejarah lokal perlu dikenalkan khususnya kepada generasi muda dalam rangka pembentukan karakter.
“Anak muda yang belajar sejarah akan tumbuh menjadi anak yang menghormati orang tua. Pihaknya menambahkan, komunitas sejarah terbentuk dari sekelompok anak muda yang menyukai sejarah. Maka keberadaan komunitas sejarah harus dimanfaatkan RKB dan KB dengan didampingi oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta guna menghasilkan keberagaman narasi sejarah”, imbuh Roni dalam paparannya.
Budayawan Achmad Charis Zubaair, M.A menyampaikan Yogyakarta menjadi sebuah kota yang merepresentasikan kemajuan peradaban. Yogyakarta memiliki spirit budayanilai-nilailuhurJawa yang dapatdiproyeksikansecara universal.Nilai ini mempengaruhi perilakudanaktifitasmanusia di dalamtataruanglingkungan. Oleh karena itu keberadaan potensi sejarah lokal perlu digali dan dipelajari. Karena tidak dapat dipungkiri sejarah telah menghidupkan dan menghidupi manusia. Ia menambahkan berguna sebagai bahan restropeksi dan instrospeksi untuk kehidupan kita sekarang dan guna membangun masa depan.
FGD Sejarah “Membangun Komunitas Berbasis Narasi Sejarah” menjadi langkah awal bagi Rintisan Kelurahan Budaya, Kelurahan Budaya dan Komunitas Sejarah Lokal untuk menjalin jejaring dan kolaborasi guna memperkuat narasi-narasi sejarah lokal sehingga menjadi suatu keunikan setiap wilayah di Kota Yogyakarta.