Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Sukses Gelar Jogja Historical Orchestra
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta sukses menggelar Jogja Historical Orchestra bertajuk “Semangat Juang 1949 Mataram Menang” pada Rabu (29/06) di Regol Barat Kepatihan Jalan Malioboro Nomor 18. Kegiatan ini mengusung kolaborasi musik orchestra gamelan dan wayang dalam satu kemasan pertunjukan dengan didukung tampilan animasi grafis yang semakin menghidupkan acara.
Pentas ini digelar dalam rangka meperingati peristiwa bersejarah Jogja Kembali. Pertunjukan ini sekaligus media refleksi bagi generasi muda dalam meneladani perjuangan pahlawan dalam menegakan kedaulatan negeri ini.
Hadir dalam kegiatan ini Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Ir. Aman Yuriadijaya, M.M. Dalam kesempatan tersebut Aman menyatakan dukungan terhadap pentas sejarah Jogja Historical Orchestra. Pertunjukan tentang sejarah dapat menjadi media alternatif pembelajaran sejarah bagi generasi muda sehingga tertanam jiwa-jiwa nasionalisme untuk mencintai bangsanya.
Jogja Historical Orchestra menjadi refleksi yang menggambarkan perjuangan Jogja secara kontekstual namun tetap selaras dengan perkembangan zaman. Hal ini terlihat dari kolaborasi yang ditampilkan para insan seni dalam menyajikan sebuah pertunjukan yang menarik bagi generasi milineal lewat sebuah perpaduan orchestra, wayang dan gamelan, tambah Aman.
Pihaknya berharap melalui Selaras Juang Mataram Menang, generasi milineal dapat memaknai serta menyadari kebutuhan bangsanya dengan meneladani perjuangan para pendahulunya.
Fani Rickiansyah selaku pimpinan produksi acara ini menyatakan bahwa kolaborasi ini diharapkan dapat menarik minat generasi milineal untuk mengenal kebudayaan dan sejarah bangsa khususnya Yogyakarta.
Lewat kolaborasi sejarah dan seni pihaknya berharap seniman tidak hanya berperan sebagai agen rekreasi melainkan juga sebagai agen edukasi yang turut andil dalam membentuk karakter generasi muda yang peduli terhadap sejarah bangsanya.
Adapun rangkaian acara di pegelaran ini diawali dari penampilan seniman Malioboro yang kemudian dilanjutkan acara puncak yaitu kolaborasi pertunjukan orchestra gamelan dan pentas wayang sejarah.
Selaras Juang 1949 digambarkan dalam sebuah lakon wayang yang merepresentasikan adegan peristiwa Agresi Militer Belanda II, Serangan Umum 01 Maret dan Jogja Kembali dengan diiringi alunan gamelan. Sajian Puisi berjudul “Ibu Pertiwi” seakan merekonstruksi perjalanan bangsa Indonsia hingga dapat berdaulat seperti saat ini. Penonton semakin hanyut dalam euforia masa revolusi ketika alunan lagu perjuangan seperti Sepasang Mata Bola dan Gugur Bunga ciptaan Ismail Marzuki diperdendangkan. Tak hanya itu, gelora semangat perjuangan juga terasa ketika lagu Maju Tak Gentar dinyanyikan secara apik dibalut dengan iringan music orchestra.
Antusiasme terhadap pergelaran ini terlihat dari banyaknya pengunjung Malioboro yang turut menyaksikan malam hari tadi. Hal ini nampak, dari beberapa penonton yang sayup-sayup ikut bersenandung ketika alunan lagu perjuangan dinyanyikan dengan iringan music orchestra.
Di akhir acara, Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta memberikan apresiasi kepada seluruh seniman yang terlibat dalam Pentas Sejarah Jogja Historical Orchestra secara simbolis dengan pemberian handbouque kepada Fani Rickiansyah selaku pimpinan produksi, Danang Rajiv Setyadi selaku composer, dan Aneng Kiswantoro selaku sutadara.
Jogja Historical Orchestra menjadi sebuah refleksi bagi generasi muda dalam meneladani perjuangan bangsanya. Lewat setiap adegan wayang dan alunan lagu perjuangan, kita diajak untuk memaknai sebuah kedaulatan yang tidak semata-mata hadir begitu saja melainkan dari sebuah tetesan darah dan keringat dari para pahlawan.(lrs)