Diskusi Siyaga: Sastra dan Kesadaran Lingkungan di Festival Sastra Yogyakarta 2024
Diskusi Siyaga: Sastra dan Kesadaran Lingkungan di Festival Sastra Yogyakarta 2024
Judul Diskusi: Siyaga: Alam Terkembang
Tanggal: Sabtu, 30 November 2024
Waktu: 13.00–15.00 WIB
Tempat: Panggung Pasar Sastra, Taman Budaya Embung Giwangan
Narasumber: Saras Dewi (Akademisi, Sastrawan), Ayu Utami (Sastrawan)
Moderator: Ramayda Akmal (Akademisi, Novelis)
Refleksi Sastra atas Alam
YOGYAKARTA — Dalam rangkaian Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2024, diskusi bertajuk Siyaga: Alam Terkembang digelar pada Sabtu (30/11). Diskusi ini menghadirkan dua tokoh sastra terkemuka, Saras Dewi dan Ayu Utami, yang membahas peran sastra dalam membentuk kesadaran lingkungan dan spiritualitas manusia.
Moderator Ramayda Akmal memandu diskusi yang berlangsung di Panggung Pasar Sastra, Taman Budaya Embung Giwangan, dengan membawa audiens pada refleksi mendalam tentang bagaimana sastra dapat menjadi medium penting untuk merespons perubahan sosial dan ekologi.
Pesan Ayu Utami: Alam sebagai Identitas
Dalam sesi pertama, Ayu Utami, seorang jurnalis, aktivis, dan sastrawan, menekankan pentingnya menjaga alam sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan kehidupan manusia.
“Alam itu harus dijaga,” ujarnya. Ayu mengungkapkan bahwa hubungan manusia dengan alam bukan hanya fisik, tetapi juga emosional dan spiritual. “Alam adalah orang tua saya,” ungkapnya, mengibaratkan alam sebagai elemen penting yang mendidik dan membentuk kehidupan manusia. Baginya, menjaga alam merupakan tanggung jawab moral dan spiritual.
Saras Dewi: Sastra sebagai Jembatan Refleksi Sosial
Saras Dewi, sastrawan dan akademisi, menyampaikan bahwa sastra memiliki peran besar sebagai alat refleksi sosial. Ia memandang sastra mampu menjadi jembatan antara dunia ilmiah dan dunia kreatif.
“Sastra dapat membuka ruang berpikir yang lebih dalam tentang hubungan kita dengan alam dan sesama manusia,” tuturnya. Saras juga mengingatkan bahwa sastra memiliki potensi untuk mendorong aksi-aksi konkret dalam menjaga lingkungan.
Dimensi Spiritual dalam Sastra
Ramayda Akmal menyoroti dimensi spiritual dalam hubungan manusia dan alam. Menurutnya, alam bukan sekadar ruang fisik, melainkan juga tempat yang sakral dan penuh makna.
Dalam diskusi ini, ketiga pembicara sepakat bahwa sastra, alam, dan spiritualitas adalah tiga elemen yang saling terhubung. Ayu Utami menegaskan, “Sastra memiliki kekuatan besar untuk mendorong perubahan.”
Sastra sebagai Agen Perubahan Sosial
Tema utama yang diangkat dalam diskusi ini adalah bagaimana sastra dapat berperan sebagai agen perubahan sosial. Ayu Utami menggarisbawahi bahwa sastra mampu menggugah kesadaran kolektif dan menjadi media untuk mempertanyakan kondisi yang ada.
Namun, perubahan sosial dan lingkungan, menurut Ayu, membutuhkan kesadaran mendalam dan kesiapan untuk bertindak. “Kami harus siap,” katanya.
Sastra dalam Pendidikan Generasi Muda
Selain peran sastra dalam kesadaran lingkungan, diskusi ini juga membahas pentingnya pendidikan sastra, terutama untuk anak-anak. Saras Dewi menyoroti bahwa pendidikan sastra harus menyentuh berbagai lapisan kehidupan dan mendorong kebebasan berpikir serta kepekaan terhadap lingkungan.
“Sebagai orang tua, kita harus memberi kebebasan bagi anak-anak untuk menemukan jalan mereka sendiri,” ujar Saras. Ia menambahkan bahwa sastra dapat membantu anak-anak memahami dunia secara kritis dan mendalam.
Penutup: Refleksi dan Kesadaran Kolektif
Diskusi diakhiri dengan sesi tanya jawab yang interaktif, diikuti dengan sesi tanda tangan buku. Sebagai penutup, Ayu Utami menyampaikan pesan mendalam:
“Apa yang membuat kita sedih dan takut adalah akibatnya manusia merusak ekosistem lain,” ungkapnya. Ia mengingatkan bahwa kehidupan manusia di bumi hanyalah sementara, sehingga sudah saatnya kita menjaga alam demi keberlanjutan.
Momentum untuk Kesadaran Baru
Festival Sastra Yogyakarta 2024 tidak hanya menjadi ajang untuk merayakan karya sastra, tetapi juga momentum untuk menggugah kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan. Sastra, sebagaimana disampaikan oleh para pembicara, memiliki kekuatan besar untuk menjadi agen perubahan, sekaligus menginspirasi tanggung jawab kolektif demi dunia yang lebih baik.