Tetenger Monumen Syuhadaa Fii Sabilillaah Kauman Darussalaam
Tetenger monumen Syuhada Fii Sabilillah Kauman Darussalaam terletak di kompleks kampung Kauman Yogyakarta. Bentuknya sangat khas, dan terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah prasasti yang letaknya di bagian bawah. Prasasti ini menjadi keterangan identitas tetenger, sekaligus sebagai penanda tetenger. Bunyi prasasti pada tetenger di Kampung Kauman “Monumen Syuhadaa Fii Sabilillaah Kauman Darussalaam Diresmikan Pada Tanggal 23 Rabiul Awal 1416/ 20 Agustus 1995 M oleh Komandan Komando Distrik Militer 0734/ Yogyakarta”. Keterangan pada bagian bawah merupakan keterangan tentang waktu peresmian tetenger di kampung Kauman. Pada keterangan tersebut juga menyebutkan bahwa yang meresmikan adalah Komandan Kodim Yogyakarta. Waktu peresmian dilakukan pada tahun 1995.
Bagian kedua sebagai bagian inti tetenger memiliki bentuk persegi yang memanjang ke atas. Terdapat dua dinding berbentuk setengah lengkung yang berada di sisi kanan dan sisi kiri. Bagian utama memiliki warna dasar hitam. Pada bagian atas adalah terdapat dua bendera merah putih yang bagian tongkatnya disilangkan. Merah putih merupakan lambang kemerdekaan Indonesia dan tujuan dari semua perjuangan yang dilakukan oleh semua pejuang. Di bawah bendera merah putih terdapat lambang bulan sabit yang menjadi bagian dari simbol Islam. Di bagian bawahnya terdapat nama-nama Syuhada Fii Sabilillaah Kauman 1945-1949. Syuhada secara harfiah berarti orang-orang yang mati syahid. Nama-nama di dalam tetenger tersebut adalah nama-nama syuhada dari Kampung Kauman yang gugur selama masa revolusi (1945-1949). Terdapat 24 nama, yaitu: 1. Mohd. Wardani, 2. Abu Bakar Alie, 3. Djumidi, 4. Mohd. Djirhas, 5. Mohd. Daroni, 6. Alip, 7. Djumairi, 8. Ardani, 9. Symsudin, 10. Arsyam, 11. Djaidun, 12. H. Barozie, 13. Hajid, 14. Mohd. Asief, 15. Ahmad Dahlan, 16. Djulban, 17. Zuchri, 18. Duchon, 19. Djarid, 20. Wildan, 21. Djazuli, 22. Musamma, 23. Moh. Glompong, 24. Suryadi.
Tetenger di Kampung Kauman memang menarik dan berbeda dengan tetenger pada umumnya. Jika tetenger biasanya dibangun untuk memperingati peristiwa tertentu maka tetenger di Kampung Kauman diperuntukan untuk warga Kauman yang gugur selama masa revolusi atau perang mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa yang dapat digunakan untuk melihat peran serta warga kampung Kauman. Salah satunya adalah peristiwa penyerbuan Kotabaru. Informasi itu dapat dilihat dari adanya nama-nama pejuang yang gugur dalam peristiwa Penyerbuan Kotabaru, yaitu Abu Bakar Alie dan Djazuli