Jambore Sejarah Tahun 2019

Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menggelar jambore sejarah selama tiga hari dua malam dari Tanggal 6 s.d 8 September 2019 di kawasan wisata Lintang Sewu,  Muntuk,  Dlingo, Bantul.  Acara yang diikuti 50 anak muda karang taruna dan komunitas sejarah tersebut sebagai upaya menggali sejarah lokal Jogja melalui berbagai media seni agar mudah disampaikan pada publik.

Selama tiga hari dua malam,  peserta digembleng berbagai materi kesenian,  di antaranya seni lukis,  keaktoran,  wayang,  dan dramatic reading atau cara membaca naskah.  Masing-masing peserta diminta memilih media seni tersebut sesuai kecendrungannya sebagai media penyampaian materi sejarah.

Kepala Seksi Sejarah, Bidang Sejarah Bahasa dan Sasrta, Dinas kebudayaan Kota Jogja,  Fitria Dyah Anggraeni, mengatakan jambore sejarah merupakan rangkaian kegiatan penggalian potensi sejarah lokal. Menurut dia berbicara sejarah tidak hanya tentang kemerdekaan,  namun juga sejarah lokal seperti berdirinya Pasar Bringharjo atau srjarah kuliner gudeg.

Cara penggalian potensi sejarah juga tidak hanya melalui buku-buku sejarah namun bisa melalui berbagai media seni.  "Karena itu kami mengajak anak-anak muda di Kota Jogja untuk sama-sama memiliki minat belajar sejarah sebagai upaya melestarikan sejarah lokal, " kata Anggraeni, .

"Kenapa harus lewat seni? Karena seni paling mudah dicerna dan banyak diminati anak muda, " kata Anggraeni.  Namun seni hanya media penyampaian sejarah,  ke depan tidak menutup kemungkinan cara belajar sejarah bisa dikemas dalam bentuk lainnya,  misalnya wisata.

Ia berharap para peserta workshop yang digembleng para akademisi dan seniman dapat meningkatkan minat masyarakat dalam mrnggali potensi sejarah,  khususnya sejarah lokal dalam rangka melestarikan sejarah lokal. 

Jambore sejarah digelar sejak Jumat sampai Minggu yang dibuka langsung oleh Kepala Bidang Sejarah, Bahasa,  dan Sastra,  Dinas Kebudayaan Kota Jogja,  Dwi Hana Cahya Sumpena.