Halo Sobat Budaya!

 

Mungkin sobat budaya akan teringat dengan nama dua seniman ternama, yakni Butet Kertaradjasa dan Djaduk Ferianto. Kedua seniman ini memang tidak bisa dilepaskan dari kiprah serta nama besar Teater Gandrik. Namun, tahukah kamu sejarah terbentuknya kelompok teater ini?

Teater Gandrik merupakan kelompok seni teater asal Yogyakarta, yang terbentuk pada 13 September 1983 oleh Jujuk Prabowo, Heru Kesawa Murti, Susila Nugraha, Sepnu Heryanto, dan Novi Budianto.  Kelompok teater ini berawal dari kontingen Kecamatan Mantrijeron yang mengikuti Festival Pertunjukan Rakyat Tingkat Provinsi tahun 1983. Nama “Gandrik” sendiri berasal dari ungkapan Camat Mantrijeron kala itu, Gandrik tenan koe ki cah,” (Mengejutkan sekali kalian ini).

Gambar 1. Teater Gandrik mementaskan lakon "Tangis" pada Februari 2015. (Foto: sorotjogja.com)

Teater Gandrik mengusung konsep dan bentuk teater tradisional namun dalam pertunjukannya merujuk pada teater kontemporer/modern. Teater Gandrik mengambil tema-tema sosial yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari dan cenderung akrab dengan masalah kerakyatan. Penyampaiannya dilakukan dengan gaya menyindir tetapi secara halus (guyon parikena) seperti mengejek diri sendiri atau satire.

Gambar 2.  Teater Gandrik dalam Lakon “Para Pensiunan 2049” (Foto: indonesiakaya.com)

Pementasan Teater Gandrik dilakukan satu atau dua kali dalam setahun. Meskipun tergolong jarang melakukan pementasan, animo penonton atau penggemar kelompok teater ini sangat besar. Beberapa judul Lakon dari Teater Gandrik diantaranya Orde Tabung (1988), Keluarga Tot (2009), Tangis (2014), Hakim Sarmin (2017) dan Lakon Para Pensiunan: 2049 (2019) yang baru-baru ini dipentaskan dalam rangka perayaan 36 tahun berdirinya Teater Gandrik.

 

Salam Budaya!!
Lestari Budayaku!!