Berdasarkan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 425 Tahun 2018 tentang Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kota Yogyakarta menerangkan bahwa kegiatan adat dan tradisi terbagi menjadi dua jenis, yaitu upacara tradisi yang terkait dengan daur hidup manusia dan upacara adat masyarakat yang bersifat massal atau diikuti oleh banyak orang pada satu waktu yang memilki maksud dan keperluan tertentu. Upacara adat memiliki maksud sebagai sarana permohonan, penyucian, kesyukuran, dan pengekspresian kegembiraan. Dalam upacara adat biasanya akan ditampakkan simbol-simbol kesakralan, kekhidmatan, keagungan, keindahan, dan keceriaan. Upacara merupakan suatu cara untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan manusia seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian.

Sistem upacara daur hidup juga merupakan bagian dari sistem religi masyarakat Jawa.  Upacara daur hidup dalam masyarakat jawa mengalami pekembangan dan perubahan-perubahan subtansi dan fungsi. Hal ini disebabkan perubahan pandangan dan keyakinan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Supitan merupakan salah satu upacara daur hidup untuk anak laki-laki, biasanya dilakukan oleh anak laki-laki di bawah usia 16 tahun. Supitan dikenal juga dengan nama Sunatan, Tetakan dan Khitanan. Supitan dimaksudkan untuk menghilangkan sesuker atau kotoran yang ada dalam tubuh. Supitan dapat dimaknai sebagai upacara peralihan bagi anak laki-laki menuju tingkatan kehidupan yang baru, yakni peralihan seorang anak laki-laki ke masa dewasa, sehingga upacara Supitan dilakukan ketika anak berusia 10-16 tahun atau sebelum anak menginjak usia dewasa. Tradisi Supitan memiliki perbedaan-perbedaan dalam pelaksanaannya sesuai dengan kearifan lokal daerah masing-masing. Berikut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Upacara Supitan:

  • Rembung Keluarga, kegiatan ini dilakukan untuk menentukan hari pelaksanaan Supitan, biasanya menggunakan weton atau hari yang baik yang diberikan oleh sesepuh.
  • Rewangan, rewangan merupakan suatu kegiatan gotong-royong yang dilakukan oleh masyarakat secara bersama-sama guna membantu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh yang punya hajat.
  • Ater-ater, Ater-ater merupakan suatu kegiatan mengirim makanan kepada masyarakat sekitar sebagai bagian doa, syukuran dan undangan dari yang punya hajat.
  • Sinoman, aktivitas gotong royong yang dilakukan golongan muda pada hajatan, dengan melakukan berbagai aktivitas seperti mendirikan tenda dan juga melayani tamu saat makan dan minum dll.
  • Majang Tarub, kegiatan membuat hiasan gapura dengan memasang tenda dan bleketepe di tempat yang akan digunakan prosesi upacara adat.
  • Siraman, siraman merupakan sebuah simbol membersihkan diri anak yang akan disupit,
  • Slametan, membaca kitab suci bersama-sama dan mendoakan kelancaran proses supitan
  • Pingitan, anak yang akan di Supit ditemani oleh para sesepuh dan tetangga (lek-lek an) malam hari sebelum Supitan dilaksanakan.
  • Ngabekten/Sungkeman, Prosesi sungkeman kepada orang tua sebelum dilakukannya prosesi Supitan, guna memberi doa restu agar prosesi berjalan dengan lancar dan memberikan kebaikan setelahnya.
  • Gres/Proesi Supitan, kegiatan ini diawali dengan pawai keliling kampung dan kemudian dilanjutkan dengan Prosesi Supitan atau Sunatan yang merupakan inti dari kegiatan tersebut.
  • Tasyakuran, syukuran setelah dilakukan prosesi Supitan dan bersyukur karena upacara supitan berjalan dengan lancar
  • Hiburan, hiburan yang dihadirkan dalam kegiatan ini yakni kesenian-kesenian kerakyatan yang berkembang dalam masyarakat.